Minggu, 24 November 2013

Awal Mula Bersua Ninja Merah K 2779 WA


Aku tak tahu kapan tepatnya pertemuanku dengan Si Merah, sebutan untuk Ninja warna merahku dengan nopol K 2779 WA. Ninja keluaran tahun 2007 ini begitu mengisi hidupku setelah kepergian Ninja hitam K 4023 HA. Sebenarnya tak ada niat untuk mengganti K 4023 HA, namun karena sifatnya yang sulit dikendalikan dan sering membuat penunggangnya celaka, ibuku memutuskan untuk menjualnya ketika aku menginjak awal SMA (Aliyah).
Ceritanya sewaktu aku mau masuk sekolah Aliyah, aku di antarkan ibukku seperti biasanya ke pondok pesantren salafi plus di desa Guyangan dengan ninja hitam k 4023 HA. Pagi-pagi benar aku berangkat, karena kalau sampai telat sedikit saja kepala sekolah akan menghukumku dengan ngetime (duduk di depan kantor madrasah sampai pulang sekolah dan selesainya tergantung kepala sekolah, kejadian ini bisa berlangsung hanya sehari atau terkadang sampai berminggu-minggu, yang membuat resah adalah jika kepala sekolah menghendaki santri yang terlambat masuk sekolah memilih dua pilihan “ keluar dari madrasah atau tak naik kelas”).
 Gb. 1 Kantor Madrasah yang biasa dipakai sebagai tempat ngetime (menerima hukuman telat masuk madrasah)  dari Kepala Madrasah (Yi Humam Suyuthi)

Sesampai di desa Guyangan, keadaan masih baik-baik saja. Tetapi ketika memasuki daerah rumah Yi Salim (Guru Biologi dan Matematikaku) keadaan berubaah. Tepat diperempatan dekat rumah  Yi Salim aku belok ke kanan, tapi tiba-tiba saja ada sepeda motor dari belakang yang menabrakku. Tanpa ku tahu, tiba-tiba sepeda ninja yang kukendarai jatuh terpelanting ke kiri ke arah selokan. Cepat sekali kejadian itu berlangsung, kepalaku yang memakai helm membentur keras ke tembok parit sampai kaca helmnya pecah, kaca lampu depan ninjaku juga tak bisa dikenali lagi karena hancur berkeping-keping, untung ibukku yang dibelakang tidak apa-apa. Darah mengalir di janggutku karena terkena pecahan mika helm.
Karena aku tak mau telat, ibuku langsung menyuruhku untuk masuk sekolah sedangkan dia mengurusi kecelakaan dengan si penabrak yang ujung-ujungnya si penabrak bersedia mengganti rugi kerusakan di bengkel Sambilawang. Sepulang dari sekolah aku menemui ibuku di sambilawang, dan keadaan sepeda Ninjaku sudah membaik. 
Sebetulnya tak hanya itu saja kecelakaan yang membuat ibuku memutuskan untuk menjual si 4023. Tetapi sebelumnya juga sudah ada kejadian dimana kakak sepupuku yang memakai sepeda itu jatuh menabrak pohon sampai kaca lampo depannya pecah. Untung kakak sepupuku tidak apa-apa.
Sepeninggal ninja hitam yang telah mengantarkanku bisa mengendarai sepeda motor, datanglah si merah. Dengan adanya si merah aku mulai melupakan si hitam meskipun beberapa kenangan masih mengakar di hati. Masih jelas teringat ketika aku pertama membawa si merah ke pondokku ketika liburan lebaran tiba. Waktu itu di sekolahan diadakan reuni MTs dimana panitia mengajak liburan ke gunung Muria naik truk. Dari rumah aku berangkat bersama Anto, teman kelas sewaktu SD. Bersamanya aku mengarungi jalan, namun agaknya ditengah jalan ada kendala karena gas si merah tiba-tiba mati sendiri meskipun akhirnya sampai pada tujuan di rumah temenku, Nafi’ Sambilawang. Disana Nafi’ yang biasa temen-temen menyebutnya Napek menyuruhku untuk menyekolahkan sepeda di bengkel depan rumahnya. Sementara aku tidak mau, karena mengira sepedaku masih sehat sehingga ku pakai untuk berkuncung ke teman lama di Kadilangu dan Guyangan.
Sebelum ke Kadilangu dan Guyangan, Nafi’ mengajakku tuk berkunjung ke teman sekelas sekaligus teman bermainnya sewaktu kecil yang ada di depan rumahnya tepatnya di belakang rumah yang ada di depan rumah si Nafi’. Adalah A. Rahayu (Ayu) namanya, seorang perempuan tak begitu gemuk dan kurus dengan pipi tembem di kanan kiri. Bertiga Aku, Anto, dan Nafi’ berbincang duduk di sofa di depan TV. Ternyata dari perbincangan itu terdapat kesimpulan bahwa perempuan ini mempunyai kakek nenek yang berasal dari daerah yang sama denganku, Winong.

Selepas dari Kadilangu dan Guyangan aku memutuskan untuk menginap di Pondok, namun karena  di pondok tidak ada orang jadi aku mengurungkan niat untuk tidur di bantai nyamuk disana. Aku kembali ke rumah Nafi’ tuk menumpang tidur. Namun karena terlambat, rumahnya sudah gelap dan terkunci. Beberapa kali aku mengetuk pintu namun tak ada jawaban. Atas saran tetangga di depan rumahnnya, aku mencoba mengetuk di jendela sambil memanggil nama Nafi’. Namun agaknya usaha itu sia-sia belaka sampai aku akhirnya dikejutkan oleh kedatangan ayah Nafi’ yang baru datang dari tambak. Dengan mata yang teduh beliau memandangku, karena perkenalan singkat tadi sore beliau mengerti bahwa aku adalah teman Nafi’ yang datang tadi sore. Aku dipersilahkan untuk tidur di kamar depan bersama anto, karena sudah ngantuk jadi langsung tidur aku didalamnya.
Gb. 2 Ninja hitam K 4023 HA yang sering membuat celaka di akhir hayatnya bersamaku

Gb. 3 Ninja Merah K 2779 WA pengganti si Hitam yang kubawa ke Sambilawang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar