Aku tak tahu
kapan tepatnya pertemuanku dengan Si Merah, sebutan untuk Ninja warna merahku
dengan nopol K 2779 WA. Ninja keluaran tahun 2007 ini begitu mengisi hidupku
setelah kepergian Ninja hitam K 4023 HA. Sebenarnya tak ada niat untuk
mengganti K 4023 HA, namun karena sifatnya yang sulit dikendalikan dan sering
membuat penunggangnya celaka, ibuku memutuskan untuk menjualnya ketika aku
menginjak awal SMA (Aliyah).
Ceritanya
sewaktu aku mau masuk sekolah Aliyah, aku di antarkan ibukku seperti biasanya
ke pondok pesantren salafi plus di desa Guyangan dengan ninja hitam k 4023 HA. Pagi-pagi
benar aku berangkat, karena kalau sampai telat sedikit saja kepala sekolah akan
menghukumku dengan ngetime (duduk di
depan kantor madrasah sampai pulang sekolah dan selesainya tergantung kepala
sekolah, kejadian ini bisa berlangsung hanya sehari atau terkadang sampai
berminggu-minggu, yang membuat resah adalah jika kepala sekolah menghendaki
santri yang terlambat masuk sekolah memilih dua pilihan “ keluar dari madrasah
atau tak naik kelas”).
Gb. 1 Kantor Madrasah yang biasa dipakai sebagai tempat ngetime (menerima hukuman telat masuk madrasah) dari Kepala Madrasah (Yi Humam Suyuthi)
Gb. 1 Kantor Madrasah yang biasa dipakai sebagai tempat ngetime (menerima hukuman telat masuk madrasah) dari Kepala Madrasah (Yi Humam Suyuthi)
Sesampai di
desa Guyangan, keadaan masih baik-baik saja. Tetapi ketika memasuki daerah
rumah Yi Salim (Guru Biologi dan Matematikaku) keadaan berubaah. Tepat
diperempatan dekat rumah Yi Salim aku
belok ke kanan, tapi tiba-tiba saja ada sepeda motor dari belakang yang
menabrakku. Tanpa ku tahu, tiba-tiba sepeda ninja yang kukendarai jatuh
terpelanting ke kiri ke arah selokan. Cepat sekali kejadian itu berlangsung,
kepalaku yang memakai helm membentur keras ke tembok parit sampai kaca helmnya
pecah, kaca lampu depan ninjaku juga tak bisa dikenali lagi karena hancur
berkeping-keping, untung ibukku yang dibelakang tidak apa-apa. Darah mengalir
di janggutku karena terkena pecahan mika helm.
Karena aku tak
mau telat, ibuku langsung menyuruhku untuk masuk sekolah sedangkan dia
mengurusi kecelakaan dengan si penabrak yang ujung-ujungnya si penabrak
bersedia mengganti rugi kerusakan di bengkel Sambilawang. Sepulang dari sekolah
aku menemui ibuku di sambilawang, dan keadaan sepeda Ninjaku sudah
membaik.
Sebetulnya tak
hanya itu saja kecelakaan yang membuat ibuku memutuskan untuk menjual si 4023. Tetapi
sebelumnya juga sudah ada kejadian dimana kakak sepupuku yang memakai sepeda
itu jatuh menabrak pohon sampai kaca lampo depannya pecah. Untung kakak
sepupuku tidak apa-apa.
Sepeninggal
ninja hitam yang telah mengantarkanku bisa mengendarai sepeda motor, datanglah
si merah. Dengan adanya si merah aku mulai melupakan si hitam meskipun beberapa
kenangan masih mengakar di hati. Masih jelas teringat ketika aku pertama
membawa si merah ke pondokku ketika liburan lebaran tiba. Waktu itu di
sekolahan diadakan reuni MTs dimana panitia mengajak liburan ke gunung Muria
naik truk. Dari rumah aku berangkat bersama Anto, teman kelas sewaktu SD.
Bersamanya aku mengarungi jalan, namun agaknya ditengah jalan ada kendala
karena gas si merah tiba-tiba mati sendiri meskipun akhirnya sampai pada tujuan
di rumah temenku, Nafi’ Sambilawang. Disana Nafi’ yang biasa temen-temen
menyebutnya Napek menyuruhku untuk menyekolahkan sepeda di bengkel depan
rumahnya. Sementara aku tidak mau, karena mengira sepedaku masih sehat sehingga
ku pakai untuk berkuncung ke teman lama di Kadilangu dan Guyangan.
Sebelum ke
Kadilangu dan Guyangan, Nafi’ mengajakku tuk berkunjung ke teman sekelas
sekaligus teman bermainnya sewaktu kecil yang ada di depan rumahnya tepatnya di
belakang rumah yang ada di depan rumah si Nafi’. Adalah A. Rahayu (Ayu) namanya, seorang
perempuan tak begitu gemuk dan kurus dengan pipi tembem di kanan kiri. Bertiga
Aku, Anto, dan Nafi’ berbincang duduk di sofa di depan TV. Ternyata dari
perbincangan itu terdapat kesimpulan bahwa perempuan ini mempunyai kakek nenek
yang berasal dari daerah yang sama denganku, Winong.
Selepas dari
Kadilangu dan Guyangan aku memutuskan untuk menginap di Pondok, namun karena di pondok tidak ada orang jadi aku
mengurungkan niat untuk tidur di bantai nyamuk disana. Aku kembali ke rumah
Nafi’ tuk menumpang tidur. Namun karena terlambat, rumahnya sudah gelap dan
terkunci. Beberapa kali aku mengetuk pintu namun tak ada jawaban. Atas saran
tetangga di depan rumahnnya, aku mencoba mengetuk di jendela sambil memanggil
nama Nafi’. Namun agaknya usaha itu sia-sia belaka sampai aku akhirnya
dikejutkan oleh kedatangan ayah Nafi’ yang baru datang dari tambak. Dengan mata
yang teduh beliau memandangku, karena perkenalan singkat tadi sore beliau
mengerti bahwa aku adalah teman Nafi’ yang datang tadi sore. Aku dipersilahkan
untuk tidur di kamar depan bersama anto, karena sudah ngantuk jadi langsung
tidur aku didalamnya.
Gb. 2 Ninja hitam K 4023 HA yang sering membuat celaka di akhir hayatnya bersamaku
Gb. 3 Ninja Merah K 2779 WA pengganti si Hitam yang kubawa ke Sambilawang
Gb. 2 Ninja hitam K 4023 HA yang sering membuat celaka di akhir hayatnya bersamaku
Gb. 3 Ninja Merah K 2779 WA pengganti si Hitam yang kubawa ke Sambilawang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar